
Pelarajan Dari Hijrahnya Nabi
Shalallahu ‘alaihi wa sallam
Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta
salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa
sallam . Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah
dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla semata
yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai bahwa
Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah seorang hamba
dan utusan -Nya. Amma ba'du:
Peristiwa hijrah Nabawiyah merupakan kejadian terbesar
dalam Islam yang mengantarkan pada akhir kisah perubahan
perjalanan sejarah. Juga sebagai tonggak pertama demi
terwujudnya negeri Islam yang berbarokah. Dan bagi siapa saja
yang mau meneliti peristiwa bersejarah ini dari tiap kejadiannya
pasti dia akan mendapati banyak sekali pelajaran dan suri
tauladan yang bisa diambilnya untuk generasi muslim sekarang
dan sampai hari kiamat kelak.
Peristiwa hijrah dalam hadits:
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab shahihnya
sebuah hadits dari Aisyah radhiyallahu 'anha, beliau
menceritakan:
"Ketika kami sedang duduk-duduk di kediaman Abu Bakar pada
siang hari nan terik, tiba-tiba ada seseorang berkata padanya, "Ini
Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam datang dengan menutup
wajahnya dengan kain di waktu yang tidak biasa beliau
mendatangi kita".
Abu bakar berkata: "Ayah dan ibuku sebagai tebusan untuknya,
demi Allah! Beliau tidak datang di waktu-waktu seperti ini kecuali
karena ada hal penting".
Aisyah melanjutkan, "Lalu Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam
datang dan meminta izin masuk, lantas di izinkan dan beliau pun
masuk. Kemudian Rasulallah berkata kepada Abu Bakar,
"Keluarkan orang-orang yang berada di sisimu!".
Abu Bakar menjawab: "Mereka tidak lain adalah keluargamu,
wahai Rasulallah!". Beliau berkata lagi, "Sesungguhnya aku telah
di izinkan untuk pergi (hijrah)". Abu Bakar menjawab, "Engkau
meminta aku menemaniku, wahai Rasulallah?". Beliau menjawab:
"Ya".
Abu Bakar berkata, "Gunakanlah salah satu dari dua ekor ontaku
ini, ayah dan ibuku sebagai tebusanmu, wahai Rasulallah, ". Lalu
Rasulallah berkata padanya, "Aku bayar sesuai harga".
Aisyah melanjutkan kembali, "Lantas kami persiapkan perbekalan
untuk keduanya, kami sertakan bekal makan untuk keduanya
disebuah wadah. Kemudian Asma' binti Abu Bakar menyobek ikat
pinggangnya menjadi dua bagian, satu bagian dia ikatkan ke
bekal makanan dan yang satu lagi untuk di pakainya. Ketika
itulah dia kemudian di juluki dengan Dzatun Nithaqain (pemilik
dua ikat pinggang)".
8
Kemudian Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam berjanji untuk
bertemu Abu Bakar di sebuah gua di gunung Tsur. Lalu keduanya
tinggal didalam gua tersebut selama tiga malam, sementara pada
malam-malam itu Abdullah putra Abu Bakar mendampingi
mereka berdua pada malam hari.
Aisyah menuturkan, "Dia (Abdullah) adalah seorang anak yang
sudah menginjak usia baligh, cerdas dan cepat paham. Dia
berjalan meninggalkan keduanya menjelang waktu subuh
sehingga pagi harinya bisa berada di Makkah bersama orang
orang Quraisy seakan malam harinya dia menginap di Makkah.
Semua perintah yang diinstruksikan keduanya kepadanya dapat
di cernanya dengan baik. Lantas dia membawa berita tentang hal
itu kepada mereka berdua ketika hari mulai gelap.
Sementara Amir bin Fuhairah, budak Abu Bakar menggembalakan
kambing perah untuk keduanya, dan mengistirahatkannya untuk
sesaat di malam hari sehingga keduanya dapat meminum dari
perahan susu kambing tersebut, kemudian ketika tiba waktu
subuh Amir bin Fuhairah menyeru kambing-kambing gembalanya
(untuk pergi). Dia lakukan hal itu selama tiga malam tersebut".
Sebelumnya Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu
Bakar telah menyewa seseorang dari Bani Dail yang masih satu
keturunan dengan Bani Abdi bin Adiy, yang merupakan penunjuk
jalan berpengalaman di dalam menelusuri jalan. Membuat
perjanjian dibelakang ruamhnya keluarga besar Ash bin Wail as
Sahmi. Dia ketika itu masih menganut agama kaum kafir Quraisy
namun keduanya menaruh kepercayaan kepadanya dan
menyerahkan kedua onta mereka kepadanya. Setelah itu, mereka
berdua membuat perjanjian dengannya untuk bertemu di gua
Tsur setelah tiga malam dengan membawa kedua onta tersebut.
Kemudian Rasulallah dan Abu Bakar berangkat, ikut serta juga
bersama mereka Amir bin Fuhairah. Mereka semua dibimbing
oleh Abdullah bin Uraiqith dengan menempuh jalur pesisir
pantai".
9
Imam Ibnu Syihab menuturkan: "Telah mengabarkan padaku
Abdurahman bin Malik al-Mudlij, beliau adalah saudara Suraqah
bin Malik bin Ju'syum, bahwa ayahnya mengabarkan padanya,
pernah mendengar Suraqah bin Ju'syum bercerita: "Telah datang
utusan kafir Quraisy pada kami, dengan membawa berita
sayembara, dengan hadiah besar senilai 100 ekor onta sebagai
imbalan bagi siapa saja yang dapat membawa Rasulallah atau
Abu Bakar, apapun kondisinya hidup maupun mati.
Suraqah bertutur, "Tatkala aku sedang duduk-duduk di majlis
kaumku, Bani Mudlij, datanglah seorang laki-laki dari mereka
hingga berdiri di hadapan kami yang sedang duduk-duduk seraya
berkata, "Wahai Suraqah, baru saja aku melihat para musuh di
pesisir pantai. Aku kira mereka itu Muhammad dan para
sahabatnya". Lalu tahulah aku bahwa mereka memang orangnya.
Lantas aku berkata kepadanya, "Sesungguhnya yang kami lihat
bukan mereka akan tetapi kamu melihat si fulan dan si fulan yang
berangkat di depan mata kita". Kemudian aku berdiam dimajelis
sesaat, lalu berdiri dan masuk lagi. Lantas aku menyuruh budak
wanitaku agar mengeluarkan kudaku yang berada dibelakang
bukit, lalu dia menahannya untukku.
Selanjutnya aku mengambil tombakku lantas keluar melalui
bagian belakang rumah, aku membuat garis di tanah dengan
kepala tombakku, dan menurunkan bagian atasnya hingga aku
menghampiri
kudaku
lantas
menungganginya.
Aku
mengendalikannya agar membawaku lebih dekat hingga aku
mendekat dari mereka namun kudaku terjungkal sehingga aku
terjatuh darinya, lalu aku berdiri, sementara tanganku meraih
busur lalu aku mengeluarkan anak-anak panah lantas
mengundinya, apakah aku harus mencelakai mereka atau tidak?
Namun undian yang keluar justru yang tidak aku sukai, lantas aku
menunggangi kudaku dan tidak mempedulikan perihal hasil
undian yang keluar tadi, kudaku membawaku mendekat hingga
bilamana aku mendengar bacaan Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa
10
sallam sementara beliau dalam kondisi tidak menoleh, sedang
Abu Bakar banyak menoleh.
Tiba-tiba terperosoklah kedua lengan kudaku ke dalam tanah
sampai sebatas lutut hingga membuatku terjatuh darinya,
kemudian aku menderanya, lalu iapun bangkit lagi, namun kedua
lengannya itu hampir tidak dapat dikeluarkan. Tatkala ia sudah
berdiri tegak, tiba-tiba bekas kedua lengannya tadi menimbulkan
debu yang mengepul di atas seperti asap, lantas aku mengundi
dengan anak-anak panah lagi, namun lagi-lagi yang keluar adalah
justru yang aku benci, lantas aku berteriak memanggil mereka
bahwa mereka aman.
Mereka pun menghentikan langkah, lalu aku menunggangi
kudaku hingga menemui mereka. Ketika aku bertemu dan
mengingat apa yang baru saja aku alami saat bertahan dari
menjamah mereka, terbesitlah dalam diriku bahwa apa yang
dibawa Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam ini akan
mendapatkan kemenangan.
Lalu aku berkata padanya, "Sesungguhnya kaummu telah
menyediakan hadiah 100 ekor onta bagi yang dapat
menangkapmu". Aku juga memberitahukan kepada mereka
perihal apa yang akan dilakukan orang-orang terhadap mereka.
Lantas aku menawarkan mereka perbekalan dan barang, namun
beliau tidak melakukan tawaran terhadapku dan tidak meminta
apapun kecuali hanya berkata, "Rahasiakanlah keberadan kami".
Lalu aku memintanya agar menuliskan jaminan perlindungan
untukku, maka beliau memerintahkan Amir bin Fuhairah untuk
menuliskannya, lalu dia menulisnya untukku pada sepotong kulit,
kemudian Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pergi berlalu
menuju Madinah". HR Bukhari no: 3905, 3906.
11
Pelajaran dari kisah hijrah:
Pertama: Bahwa pilihan waktu dan tempat untuk hijrah adalah
wahyu dari Allah ta'ala kepada NabiNya. Hal itu, berdasarkan
hadits diatas yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dari Aisyah
radhiyallahu 'anha, beliau menceritakan, "Nabi Muhammmad
Shalallahu ‘alaihi wa sallam berkata pada Abu Bakar, "Sesungguh
nya aku telah di izinkan untuk keluar (hijrah)". Abu Bakar
menjawab, "Engkau meminta aku menemaniku, wahai
Rasulallah?". Beliau menjawab: "Ya". HR Bukhari no: 3905.
Dalam hadits lain yang dikeluarkan oleh Bukhari dari Abu Musa al
Asy'ari radhiyallahu 'anhu, dari Nabi Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
"Aku melihat dalam mimpi kalau diriku berhijrah dari Makah
menuju sebuah negeri yang banyak pohon kurmanya. Maka aku
pergi dan saya kira negeri itu ialah Yamamah, namun ternyata dia
adalah Madinah". HR Bukhari no: 3622.
Kedua: Menyusun serta mengatur secara detail rencana hijrah
sehingga bisa sukses walaupun dihadapankan pada rintangan dan
tantangan yang siap menghadang.
Ketiga: Penjagaan Allah ta'ala terhadap Nabi -Nya, semenjak dari
diutusnya menjadi Nabi sampai akhirnya tiba di kota Madinah. Hal
tersebut sesuai dengan janji yang Allah Shubhanahu wa ta’ala
sebutkan dalam firman -Nya:
"Dan Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia". (QS al-Maaidah:
67).
Dan Allah azza wa jalla mengkisahkan ucapan Nabi -Nya
kepada sahabatnya ketika cemas dengan keberadaannya, Allah
Shubhanahu wa ta’ala mengatakan:
"Di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita,
Sesungguhnya Allah beserta kita". (QS at-Taubah: 40).
Dalam sebuah hadits yang di keluarkan oleh Bukhari dan
Muslim dari Abu Bakar radhiyallahu 'anhu, beliau menceritakan
peristiwa hijrah yang dia alami bersama Nabi Muhammad
Shalallahu ‘alaihi wa sallam, dia berkata:
"Aku berada di sisi Nabi Muhammmad Shalallahu ‘alaihi wa
sallam di dalam gua (thur), lalu saat aku menengadahkan
kepalaku, aku dapati kaki-kaki mereka tepat diatas(ku). Lantas
aku berkata, "Wahai Rasulallah, Andaikan salah seorang dari
mereka menoleh ke bawah pasti dia dapat melihat kita". Beliau
berkata: "Diamlah, wahai Abu Bakar! Kita (memang) berdua tapi
Allah lah pihak ketiganya". HR Bukhari no: 3922. Muslim no:
2381.
Keempat: Tatkala Nabi Muhammmad Shalallahu ‘alaihi wa sallam
mema'afkan Suraqah bin Malik, seketika itu Suraqah menawarkan
bantuan kepada beliau seraya berkata, "Ambilah anak panahku
dan sarungnya, dan engkau nanti akan melewati onta dan
kambingku di tempat ini dan itu, ambillah sesuai kebutuhanmu".
Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, "Aku tidak
membutuhkannya".
Maka manakala seorang da'i merasa cukup tidak
meminta-minta harta yang ada ditangan orang lain, dirinya akan
di cintai oleh mereka. Namun, sebaliknya jika dirinya merasa
tamak dengan harta orang lain maka mereka akan lari darinya.
Dan ini merupakan pelajaran mendalam yang sangat berharga
bagi para da'i yang mengajak orang ke jalan Allah azza wa jalla.
Kelima: Bahwa peran serta Abu Bakar yang beliau lakukan tatkala
hijrah terhitung sebagai keutamaan besar bagi beliau. Dan cukup
sebagai bentuk pemuliaan bagi dirinya manakala disebutkan
dalam ayat al-Qur'an yang dibaca sampai hari kiamat kelak, Allah
ta'ala berfirman:
"Sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua,
di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita,
Sesungguhnya Allah beserta kita". (QS at-Taubah: 40).
Keenam: Imam Ibnu Qoyim menjelaskan, "Didalam menyewanya
Nabi Muhammmad Shalallahu ‘alaihi wa sallam Abdullah bin
Uraiqith ad-Du'ali sebagai penunjuk jalan tatkala hijrah –sedang
dirinya adalah seorang kafir- sebagai dalil atas bolehnya untuk
merujuk kepada orang-orang kafir dalam masalah kedokteran,
obat-obatan, penulisan dan penghitungan bulan serta yang
semisal itu, selagi di situ tidak ada kekuasaan dan mempunyai
kejujuran. Dan tidak diharuskan dari kekafirannya tersebut bisa
dipercaya, karena tidak perkara yang lebih berbahaya dari pada
penunjuk jalan terlebih dalam hijrah semacam ini". 1
Ketujuh: Bahwa hukum hijrah tidak dihapus, bahkan hukum
tersebut terus berlangsung sampai hari kiamat. Hal tersebut
berdasarkan hadits yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad dari
Junadah bin Abi Umayyah, beliau berkata:
"Bahwa ada beberapa orang dari kalangan sahabat Rasulallah
Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang sebagian mereka berkata,
"Sesungguhnya hijrah telah terputus". Dan mereka berselisih akan
hal tersebut.
Dia melanjutkan, "Lalu aku bergegas menuju kepada Rasulallah
Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya: "Wahai Rasulallah,
sesungguhnya ada sebagian orang yang mengatakan bahwa
(hukum) hijrah telah terputus". Beliau menjawab: "Sesungguhnya
hijrah tidaklah terputus selagi masih ada jihad". HR Ahmad
27/142 no: 16597. 2
Akhirnya kita ucapkan segala puji bagi Allah Shubhanahu
wa ta’alla Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga Allah
Shubhanahu wa ta’alla curahkan kepada Nabi kita Muhammad
Shalallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau serta para
sahabatnya.
2 . Lihat pembahasan ini secara luas dalam kita Fiqhu Sirah karya D. Zaid
bin Abdul Karim az-Zaid hal: 292-321.
17